Dosis tinggi obat ADHD telah dikaitkan dengan peningkatan risiko psikosis pada pasien yang mengonsumsinya. ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, adalah gangguan neurobehavioral yang umum terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Obat-obatan stimulan seperti metilfenidat dan amfetamin sering digunakan untuk mengobati ADHD dan membantu memperbaiki gejala-gejalanya.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa dosis tinggi obat ADHD dapat meningkatkan risiko psikosis pada pasien yang mengonsumsinya. Psikosis adalah kondisi mental yang menyebabkan seseorang kehilangan kontak dengan realitas, dan gejalanya dapat meliputi halusinasi, delusi, dan gangguan pemikiran.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Swedia menemukan bahwa pasien yang mengonsumsi dosis tinggi obat ADHD memiliki risiko psikosis dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mengonsumsi dosis rendah. Risiko ini terutama meningkat pada pasien yang memiliki riwayat gangguan psikiatrik lainnya, seperti gangguan mood atau kecanduan obat.
Meskipun obat ADHD dapat membantu memperbaiki gejala gangguan tersebut, penting bagi para dokter dan pasien untuk memperhatikan dosis yang diberikan. Dokter perlu memantau dengan cermat efek obat pada pasien dan mengurangi dosis jika diperlukan untuk mencegah risiko psikosis.
Selain itu, pasien dan keluarga juga perlu memahami potensi efek samping obat ADHD dan berkomunikasi secara terbuka dengan dokter tentang gejala-gejala yang muncul. Dengan pemantauan dan manajemen yang tepat, risiko psikosis akibat dosis tinggi obat ADHD dapat diminimalkan sehingga pasien dapat mendapatkan manfaat terapi yang optimal.